Mengenai Saya

Foto saya
''mengucap syukurlah selalu dalam segala hal, terlebih khusus pada saat kamu mendapatkan teguran dari Tuhan...karena pada saat kamu mengalami teguran itu, berarti Allah mengasihi kamu lebih dari yang kamu tau, oleh sebab itu Ia menegur sebab teguranNya memberi tanda bahwa Ia sangat mengasihiMu''

Senin, 07 Januari 2013

Tegar Di tengah Susah

Tegar meski hidup kian sukar


Bagi warga kota besar, tekanan adalah bagian yang tak perpisahkan dari kehidupan. Stress atau tekanan, menyapa di depan mata, saat sinar matahahari berpendar hingga bintang malam bertebaran.
Di jalan, warga harus berjibaku melawan kemacetan lalu lintas. Di tempat kerja, karyawan tidak hanya berpacu dengan tenggat waktu, tetapi juga ancaman PHK yang kedatangannya bagai petir di siang bolong, alias tidak diduga. Di gereja, meski katanya tempat perkumpulan orang ‘suci’, tetap saja konflik tak terelakkan. Baik antar sesama pelayan, pelayan dengan anggota jemaat, hingga sesama anggota jemaat.
Di luar kesulitan-kesulitan tadi, ada rentetan masalah yang tidak bisa kita kendalikan, seperti bencana alam, penyakit menular, modus kejahatan yang kian canggih, kenaikan BBM, dan lain-lain. Dengan demikian, bagaimana tetap tegar menghadapi hidup yang kian sukar?
Pertama, kita harus mengakui bahwa situasi yang kita hadapi saat ini memang masa yang sukar. Tak perlu menutupi masa sukar tersebut dengan jargon seperti “Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya”, atau “Tidak ada masalah, yang ada adalah kesempatan”. Meski makna dari frase tadi memang benar, tapi menyangkali masalah dengan pelbagai jargon bukan hal yang tepat. Ini ibarat menyamakan penyakit kanker di kepala sebagai sakit pusing biasa.
Dengan mengakui, tidak menyangkali, dan tidak menutupi fakta betapa sukarnya hidup ini, maka solusi untuk menghadapi masa yang sukar bisa secepatnya ditemukan. Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama, juga berbicara mengenai  penderitaan-penderitaan yang akan terjadi di dalam kehidupan umat Tuhan.  Ia juga menyinggung betapa keras dan sulitnya hidup anak Tuhan,  karena mereka bagai pendatang yang terpaksa berkelana dengan bekal yang terbatas.
Langkah kedua, menyusun strategi atau siasat baru untuk menjalani hidup ini. Ada tiga faktor yang menyebabkan hidup menjadi sulit,  penderitaan kosmis, oleh karena kejatuhan semua manusia di dunia akibat pelanggaran manusia pertama, Adam dan Hawa. Dampaknya luar biasa, menurut Kitab kejadian, maka tanah pun menjadi terkutuk, dan menghasilkan semak dan rumput duri.  Manusia juga memperparah lingkungan melalui eksploitasi alam, yang mengakibatkan bencana alam bertubi-tubi. Jika kesulitan hidup akibat penderitaan kosmis menimpa Anda, maka hadapilah dengan hati yang tegar.
Faktor kedua, penderitaan yang diakibatkan perilaku orang lain, ini artinya meski kita sudah menjalani hidup sebaik mungkin, penderitaan tetap terjadi karena—atas seijin Tuhan—ada orang yang melalukan kejahatan atau kecerobohan terhadap kita, disengaja atau tidak. Jika kita juga tidak dapat menghindarkan diri dari penderitaan akibat perilaku orang lain, ingatlah bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup, tidak pernah terjadi di luar kendali Allah.
Faktor ketiga, penderitaan akibat kesalahan kita sendiri.  Setiap kesalahan tentu mempunyai konsekuensinya, termasuk yang berujung pada penderitaan.
Bagi Anda yang sedang sedang mengalami masa sulit, cobalah mengambil waktu sejenak untuk mengevaluasi hidup, dan jawab pertanyaan ini:  Apakah masa sulit ini akibat penderitaan kosmis?  Akibat perilaku orang lain?  Atau sebenarnya akibat kesalahan Anda sendiri?  Kalau ternyata kesulitan ini adalah akibat kesalahan orang lain, perbaikilah pola hidup Anda.  Terimalah tanggung jawab atas kesalahan Anda, dan mulailah menjalani hidup dengan lebih bertanggung jawab.
Langkah terakhir, kembangkan hubungan yang akrab dan hangat dengan Allah. Supaya kita dapat merasakan topangan tangan Allah di masa sulit, untuk tetap tegar meski hidup kian sukar.


Pdt. Gilbert Lumoindong

Tidak ada komentar: