Pdt. Yohanes B. Mulyono:
“Iman” berasal dari kata Ibrani, aman, menunjuk pada
tindakan yang memegang teguh kepada Alah. Dialah sumber keselamatan,
kehidupan, berkat, dan perlindungan. Sehingga apabila kita tidak mau
percaya auat “beriman” kepada Tuhan, maka kita melepaskan diri dari
sumber keselamatan yang sesungguhnya.
Secara khusus, Allah menyatakan seluruh kehendak dan diriNya di dalam
Tuhan Yesus. Mempercayai Yesus, berarti mengimani karya Allah yang
menyelamatkan di dalam karya penebusanNya di atas kayu salib. Jadi, kita
diselamatkan dengan iman kepada Kristus, karena iman itulah kita
dibenarkan oleh Allah.
Makna iman atau percaya, dapat dilihat di surat Ibrani 11:1, “Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Dari kesaksian ini, kita dapat
melihat prinsip-prinsip dari makna iman atau percaya:
1. Iman dipahami sebagai dasar atau substansi yang fundamental dalam kehidupan umat manusia.
2. Iman sebagai dasar yang fundamental atas pengharapan kita kepada
Allah. Sehingga pengharapan kita kepada Tuhan, tidak berpijak di atas
dasar yang kosong atau pijakan yang sia-sia, tetapi berpijak kepada
Allah yang hidup.
3. Iman merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ini
berarti iman adalah bukti dari karya Tuhan yang memampukan kita untuk
melihat rahasia keselamatan yang tidak dapat sepenuhnya dilihat oleh
panca indera manusia. Itu sebabnya, Ibarni 11:3 meyatakan: “Karena iman
kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah,
sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat
kita lihat”.
Makna dari “percaya” atau iman, pada prinsipnya merupakan suatu
tindakan yang mengamini dengan sungguh-sungguh, bahwa di balik
peristiwa-peristiwa penciptaan atau kejadian-kejadian tertentu, Allah
menyatakan karyaNya. Jadi, walau kita belum pernah atau tidak melihat
karya Allah tersebut, kita dimampukan untuk meyakini bahwa itu bukan
sekadar peristiwa kebetulan.
Tetapi timbul pertanyaan, bagaimana tindakan percaya terhadap Allah
bukanlah sekadar ilusi, imaginasi atau khayalan belaka? Sebagai manusia,
kita tidak hanya memiliki kesadaran intelektualitas, tetapi juga diberi
karunia yakni kesadaran religius, yang memampukan kita untuk menyadari
kebenaran yang melampaui pikiran dan perasaan. Melalui kesadaran
religius tersebut, umat manusia berabad-abad lamanya, menyadari
kehadiran dan eksistensi Allah yang mempengaruhi seluruh kehidupan
mereka.
Kesadaran religius sering juga disebut mata rohani. Dengan mata
rohani tersebut kita dapat melihat dan percaya, sehingga bersedia untuk
menyerahkan hidup dipimpin oleh kehendak Allah. Itu sebabnya dengan iman
kita mengamini firman Tuhan sebagaimana yang telah diwahyukan oleh
Allah melalui para nabi dan para rasul. Secara lebih khusus lagi, kita
dimampukan untuk percaya pada penyataan Allah di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Dengan demikian, sangatlah jelas makna “percaya” atau beriman
kepada Tuhan, yaitu iman kepada Tuhan membutuhkan sikap yang tanpa
syarat. Maksud sikap iman yang tanpa syarat adalah, “Walau kita tidak
melihat, namun kita percaya”.
Pdt. Gilber Lumoindong
Mengenai Saya
- oLv!_!r3Ne MakaDjaDi
- ''mengucap syukurlah selalu dalam segala hal, terlebih khusus pada saat kamu mendapatkan teguran dari Tuhan...karena pada saat kamu mengalami teguran itu, berarti Allah mengasihi kamu lebih dari yang kamu tau, oleh sebab itu Ia menegur sebab teguranNya memberi tanda bahwa Ia sangat mengasihiMu''
Senin, 07 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar